Mahabbatullah

Mahabbatullah
Menjadi insan sholehah

Minggu, 28 Oktober 2012

(SERIAL CINTA ANIS MATTA) SENI MEMPERHATIKAN

anis matta_kecilKalau intinya cinta adalah memberi, maka pemberian pertama seorang pecinta sejati adalah perhatian. Kalau kamu mencintai seseorang, kamu harus memberi perhatian penuh kepada orang itu. Perhatian yang lahir dari lubuk hati yang paling dalam, dari keinginan yang tulus untuk memberikan apa saja yang diperlukan orang yang kamu cintai untuk menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya.

Perhatian adalah pemberian jiwa; semacam penampakan emosi yang kuat dari keinginan baik kepada orang yang kita cintai. Tidak semua orang memiliki kesiapan mental untuk memperhatikan. Tidak juga semua orang yang memiliki kesiapan mental memiliki kemampuan untuk terus memperhatikan.
Memperhatikan adalah kondisi di mana kamu keluar dari dalam dirimu menuju orang lain yang ada di luar dirimu. Hati dan pikiranmu sepenuhnya tertuju kepada orang yang kamu cintai. Itu tidak sesederhana yang kita bayangkan. Mereka yang bisa keluar dari dalam dirinya adalah orang-orang yang sudah terbebas secara psikologis. Yaitu bebas dari kebutuhan untuk diperhatikan. Mereka independen secara secara emosional: kenyamanan psikologis tidak bersumber dari perhatian orang lain terhadap dirinya. Dan itulah musykilnya. Sebab sebagian besar orang lebih banyak terkungkung dalam dirinya sendiri. Mereka tidak bebas secara mental. Mereka lebih suka diperhatikan daripada memperhatikan. Itu sebabnya mereka selalu gagal mencintai.
Itulah kekuatan para pecinta sejati: bahwa mereka adalah pemerhati yang serius. Mereka memperhatikan orang-orang yang mereka cintai secara intens dan menyeluruh. Mereka berusaha secara terus menerus untuk memahami latar belakang kehidupan sang kekasih, menyelidiki seluk-beluk persoalan hatinya, mencoba menemukan karakter jiwanya, mendefinisikan harapan-harapan dan mimpi-mimpinya, dan mengetahui kebutuhan-kebutuhannya untuk sampai kepada harapan-harapan itu.
Para pemerhati yang serius biasanya lebih suka mendengar daripada didengarkan. Mereka memiliki kesabaran yang cukup untuk mendengar dalam waktu yang lama. Kesabaran itulah yang membuat orang betah dan nyaman menumpahkan isi hatinya kepada mereka. Tapi kesabaran itupula yang memberi mereka peluang untuk menyerap lebih banyak informasi tentang sang kekasih yang mereka cintai.
Tapi di sini juga tersimpan sesuatu yang teramat agung dari rahasia cinta. Rahasia tentang pesona jiwa para pecinta. Kalau kamu terbiasa memperhatikan kekasih hatimu, secara berlahan-lahan dan tanpa ia sadari ia akan tergantung dengan perhatiannmu. Secara psikologis ia akan sangat menikmati saat-saat diperhatikan itu. Bila suatu saat perhatian itu hilang, ia akan merasakan kehilangan yang sangat. Perhatian itu niscaya akan menyiksa jiwanya dengan rindu saat kamu tidak berada di sisinya. Mungkin ia tidak akan mengatakannya. Tapi ia pasti merasakannya.
Oleh Anis Matta

Meneladani Sosok Pemimpin Terbaik


 ‘UMAR BIN ‘ABDUL AZIZ
‘Umar bin ‘Abdul Aziz (Wafat 101 H). Nama sebenarnya adalah Abu Hafzah bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abil ash bin Umayyah al-Quraisy, seorang tabi’in besar dan salah seorang dari Khalifah yang Rasyidin, Ia sebagai kepala Negara yang adil dan seorang ulama yang kamil.
Ia dilahirkan di Mesir di negeri Halwan pada waktu ayahnya menjadi Amir disitu pada tahun 61 H.
Semasa kecil ia telah hapal al-Qura’an, kemudian ia dikirim ke Madinah oleh ayahnya untuk belajar. Ia belajar al-Qur’an dari Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Ibnu Mas’ud. Setelah ayahnya meninggal, paman Abdul Malik bin Marwan memintanya dating ke Damaskus, lalu dikawinkan dengan seorang putrinya yang bernama Fatimah. Kemudian beliau diangkat menjadi gubernur di Madinah dimasa pemerintahan Khalifah al-Walid. Pada tahun 93 H lalu beliau kembali ke Syam dan kemudian pada tahun 99 H beliau diangkat menjadi Khalifah.

Umar bin Abdul Aziz menerima hadist dari anas, as Sa’ib bin Yasid, Yusuf bin Abdullah bin Salam. Khalulah binti Hakim dan dari sahabat lainnya.
Ia juga menerima hadits dari tokoh tokoh Tabi’in seperti Ibnul Musayyab, ‘Urwah, Abu Bakar bin Abdurahman dan yang lainnya.
Hadits-hadits beliau di terima oleh para Tabi’in diantaranya adalah Abu Salamah bin Abdurahman, Abu Bakar Muhammad bin Amr bin HAzm, az-Zuhry, Muhammad bin al-Munkadir, Humaid ar-Thawil dan lain lain.
Seluruh Ulama berpendirian menetapkan bahwa Umar bin Abdul Aziz ini adalah seorang yang banyak Ilmu, Shalih, Zuhud dan Adil. Ia banyak memberikan perkembangan hadits , baik secara hapalan maupun secara pendewanan, maka takala ia menjadi Khalifah, ia memerintahkan kepada ulama ulama daerah supaya menulis hadits hadits yang ada didaerah mereka masing masing, lalu meriwayatkan hadist agar tidak hilang dengan meninggalnya para ulama tabi’in tersebut.
Umar bin Abdul Aziz ini merupakan permulaan Khalifah yang memberikan perhatian kepada hal hal yang demikian itu. Beliau disamakan dengan az-Zuhry tentang ke ‘Alimannya.

Mujahid berkata,”Kami mendatanginya, dan kami tidak meninggalkannya sebelum kami beljar dari padanya”.

682 – 715
Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I
715 – 715: era Al-Walid I
Tidak seperti sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar membentuk sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah, sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I untuk memberhentikan Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan memberhentikan Umar dari jabatannya. Tetapi sejak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.
Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata Said Al Musayyib: "Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau yang sederhana"[2]
715 – 717: era Sulaiman
Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan kemudian dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga merupakan sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.
Kedekatan Umar dengan Sulaiman
Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.
Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.
Sulaiman bertanya kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat agar dapat membakar semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang telah dilatih.
Namun jawab Umar, "Aku sedang lihat dunia itu sedang makan antara satu dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".
Khalifah Sulaiman berkata lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"
Balas Umar lagi, "Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya, mengenali setan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepada dunia".
Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun beliau menerima dengan hati terbuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.
Menjadi khalifah
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.
Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan. Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, beliau meninggal karena dibunuh (diracun) oleh pembantunya.
Sebelum menjabat
Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati beliau, "Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz".
Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, beliau memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.
Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin
Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".
Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umar pulang ke rumah.
Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.
Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?".
Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini".
"Jadi apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya ingin tahu.
Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".
Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau memanggil anaknya mendekati beliau, mengucup kedua belah mata anaknya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di atas agamaku”
Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz
Hari kedua dilantik menjadi khalifah, beliau menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, beliau berkata “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan tiada kitab selepas al-Quran, aku bukan penentu hukum malah aku pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah malah aku seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang yang paling baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan ini sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak dosa di sisi Allah” Beliau kemudian duduk dan menangis "Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.
Beliau pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Beliau mejawab “Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jawatan ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, aku teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di akhirat kelak dan aku bimbang aku tidak dapat jawab hujah-hujah mereka sebagai khalifah kerana aku tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw’’ Isterinya juga turut mengalir air mata.
Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempoh 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan beliau sangat menakjubkan. Pada waktu inilah dikatakan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain.
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.

Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari atau 60 dirham perbulan. Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, beliau meninggal karena dibunuh (diracun) oleh pembantunya. 
Ia wafat pada tahun 101 H.

KEJAYAAN KEPEMIMPINAN UMAR BIN ABDUL AZIS (99-101 H = 717-720 M)
Umar bin Abdul Azis adalah seorang khalifah dan pemimpin yang memiliki kepribadian dan akhlak yang shaleh serta beliau juga adil dalam menjalankan setiap kebijakan dan roda pemerintahannya. Beliau adalah cicit dari “Umar Al-Faruq” atau Umar Ibn Khattab Ra, sehingga secara genetik beliau mewarisi sifat Khalifah Umar.
    Khalifah Umar bin Abdul Azis memiliki sifat-sifat di antaranya: adil, sederhana, sopan santun, taqwa kepada Allah SWT, sangat cinta kepada rakyatnya, lebih mementingkan urusan agama daripada politik, lebih mengutamakan ukhuwah Islamiyah daripada golongan, syiar Islam dilakukan dengan damai dan berbuat proporsional terhadap semua pihak.
    Khalifah Umar bin Abdul Azis merupakan salah seorang khalifah yang paling baik di antara khalifah-khalifah Daulah Bani Umayyah. Ketika petama kali beliau menjadi khalifah kondisi dan stabilitas Bani Umayyah sedang dilanda kekacauan “Cheos, terutama dengan munculnya aliran-aliran keagamaan yang sesat karena dikaitkan dengan masalah pemerintahan. Kondisi seperti membuat beliau harus segera mengambil sebuah tindakan yang tegas dalam menyikapi berbagai persoalan tersebut.
Salah satu tindakan yang pertama kali beliau lakukan adalah melarang mencaci maki lawan politinya yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra dan keluarganya serta Bani Hasyim. Terkadang beliau melakukannya dalam khutbah-khutbah datau dalam pidato.
    Adapun keberhasilan yang telah tercapai pada masa pemerintahannya adalah sebagai berikut:
a.    Meningkatkan  Ukhuwah Islamiyah
Dalam rangka meningkatkan rasa ukhuwah Islamiyah pertama-tama beliau melarang memusuhi keturunan Ali bin Abi Thalib. Selain itu beliau juga menghapuskan perlakuan istimewa terhadap suku bangsa Arab dan Bani Umayyah. Beliau menganggap semua suku adalah sama, yang penting mereka adalah muslim, karena yang diperlukan adalah loyalitasnya terhadap Negara dan bangsa. Dengan demikian, rasa persaudaraan akan semakin terjalin keakraban dan tidak saling memusuhi.
   
b.    Cinta Terhadap Ilmu Pengetahuan
Pada masa kepemimpinan beliau perkembangan dan kemajuan bidang ilmu pengatahuan semakin meningkat, terutama dalam bidang ilmu pengatahuan agama.
Sejak kecil beliau sudah belajar dan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an. Bahkan tidak hanya sampai disitu saja, beliau juga mempelajari hadits-hadits dan menyaringnya, sebab ada kemungkinan hadits-hadits yang beredar pada saat itu banyak yang dimanipulasi demi kepentingan Negara.
Penerjemahan buku-buku yang dilakukan secara besar-besaran, baik buku tentang ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum, menjadikan perkembangan dan kemauan ilmu pengetahuan semakin maju dan berkembang.
c.    Perbaikan Ekonomi
Dalam memperbaiki ekonomi negara, beliau telah membatalkan ketetapan hadiah atas tanah dan kekayaan Negara yang telah diberikan khalifah sebelumnya kepada orang-orang tertentu. Semua harta kekayaan tertentu diambil kembali oleh Negara dan dijadikan harta kekayaan “Baitul Mal”. Selain itu ketetapan pajak yang telah dilakukan oleh Gubernur Hajjaj bin Yusuf di Irak dan Iran dibatalkan. Karena pajak yang diberlakukan oleh kedua Gubernur ini menurut beliau sebuah pendzaliman terhadap rakyat sendiri.
Tidak hanya itu, beliau juga melakukan perbaikan diberbagai bidang yang meliputi: pertanian, perdagangan dan pengamana lalu lintas perjalanan khalifah. Dengan demikian kebijakan yang dilakukan oleh beliau telah menstabilkan roda perekonomian masyarakat, sehingga kebutuhan sehari-hari rakyatnya bisa tercukupi.
d.    Mengadakan Penertiban Aparatur Pemerintahan
Usaha penertiban yang dilakukan oleh beliau adalah sebagai berikut.
1.    Memperkecil pengeluaran belanja negara yang tidak begitu penting dan melarang hidup bermewah-mewahan.
2.    Membasmi korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
3.    Memecat orang-orang yang tidak mempunyai loyalitas terhadap Negara.
4.    Memperbaiki gaji tentara, gubernur dan pegawai baitul mal.
Dengan adanya perbaikan gaji “Renumerasi” pegawai ini, maka para pejabat dan para pegawai tidak diperkenankan lagi mengurusi sesuatu di luar kepentingan Negara. Mereka diwajibkan mencurahkan segala perhatiaannya untuk kepentingan Negara dan rakyatnya.
Melihat apa yang sudah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Azis, Kita berfikir sejenak, Apakah pemerintah kita sudah melaksanakan itu semua? Adakah Sosok Pemimpin seperti beliau pada saat ini ? Pasti kita sudah tau jawabannya, dengan  berpenduduk mayoritas muslim, seharusnya pemerintah ini mengadopsi sistem kepemimpiman para khalifah yang berhasil membawa kejayaan Islam di masa lalu. Karena sistemnya tidak jauh dari apa yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits. Maka dari itu, Kita sebagai bagian dari warga Negara harus terus berjuang memperbaiki diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara yang tercinta ini. Kalau bukan kita, maka Siapa Lagi…???
Referensi:
1.    A. Syalabi, Prof. Dr. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid II, (Jakarta:Pustaka Al-Husna,  1993)
2.                            , Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid III, (Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1993) .
3.    Ahmad Amin, Islam Dari Masa ke Masa, (Bandung: Rosda, 1987)

Umar bin Khattab pernah memberi nasehat kepada rakyatnya. ”Perdalamlah ilmu agama, sebelum kamu menjadi pemimpin.” (tafaqqahu qabla an tusawwadu).

Dalam Mukhtarul Haditsun Nabawiyyah, Sayyid Ahmad Hasyimi mengutip hadits Rasulullah saw: “Pernyakit agama ada tiga: orang yang faqih tapi fajir (suka berbuat dosa besar), imam yang jair (suka berbuat zalim) dan mujtahid yang jahil (bodoh).” (HR Ad Dailami dari Ibnu Abbas).

PAGI DAN KEBERKAHANNYA

Pagi adalah bagian dari waktu-waktu Allah yang terus berputar. Ia juga ungkapan yang sangat lekat dengan makna kesegaran, keceriaan, semangat, dan hidup baru. Begitu banyak makna positif yang memberi spirit dan optimisme dalam hidup, yang datang m-nyertai pagi. Mungkin masih banyak lagi hikmah dan keistimewaan di balik pujian Allah terhadapnya, “Dan demi Subuh apabila fajar-nya mulai menyingsing.” (QS At Takwir: 18), yang mungkin belum dapat kita singkap karena keterbatasan ilmu kita.

Bertemu pagi adalah sebuah keniscayaan. Tetapi mengambil manfaat dari keistimewaanya adalah sesuatu yang harus diupayakan. Jalannya hanya satu, bangun lebih pagi. Lalu mengintip apa saja kebaikan-kebaikan yang dapat kita petik di pagi itu.
Karena Suatu Pagi Bisa Merubah Hidupmu
Waktu adalah wadah pembentukan. Di sanalah garis edar hidup kita, tumbuh dan menjadi dewasa, dari lahir hingga kembali ke hadirat-Nya.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Waktu memiliki tiga makna dan dilandaskan pada tiga derajat. Di antara makna-makna itu adalah saat mampu dan benar, karena melihat cahaya karunia yang ditarik kebersihan harapan, atau karena ada perlindungan yang ditarik kebenaran ketakutan, atau karena kobaran rindu yang ditarik cinta.” (Madarijus Salikin)
Satu di antara bagian-bagian waktu yang menghimpun makna-makna itu, yang memiliki urgensi pembentukan adalah pagi. Pagi adalah simbol permulaan dan perubahan, kepada dan terhadap apa saja, termasuk babak-babak kehidupan kita.
Kisah seorang wanita Nasrani yang bersahabat dan hidup serumah dengan seorang wanita Muslimah, adalah contoh perubahan yang di bawa oleh pagi. Sahabat Muslimah si wanita tadi, sering terbangun di penghujung malam untuk melaksanakan qiyamul lail, bermunajat dan berdoa kepada Allah SWT. Terkadang, selesai berdoa ia teruskan lagi dengan tilawah Al Qur’an hingga menjelang shalat Shubuh.
Awalnya, si wanita nashrani sering merasa terganggu dengan suara temannya yang kerap menangis tersedu-sedu dalam shalat malamnya, atau saat melantunkan ayat-ayat suci Al Qur’an, yang begitu asing di telinganya. Suara “berisik” itulah yang sering memangkas jatah tidurnya.
Tetapi lama-kelamaan, dalam diamnya ia mulai menyimpan rasa cemburu dan kagum kepada sahabatnya ini. Betapa tidak, sebagai seorang yang beragama ia merasa tidak begitu akrab dengan tuhannya. Jauh berbeda dengan sahabatnya yang selalu rajin menyapa Sang Penciptanya di kala orang-orang masih terlelap dalam tidurnya. Ia kagum karena sahabatnya begitu mudah terbangun di waktu pagi dan menyelesaikan sebagian tugas-tugasnya, sementara dia sendiri terkadang baru beranjak dari kasur empuknya saat matahari sudah meninggi.
Di sinilah awal mula hidayah itu datang, di gelapan subuh, di tengah dinginnya udara pagi, rasa cemburunya menyeruak. Si wanita Nasrani mulai tertarik, menanti lantunan kalimat-kalimat “asing” dari mulut sahabatnya. Karena seperti ada ketenteraman batin yang datang bersamanya.
Suatu ketika, sahabatnya sedang tidak di rumah. Saat itu rasa penasarannya menggodanya untuk mengetahui isi Al Qur’an. Ia lalu beranikan diri membuka lembaran-lembaran Al Qur’an, bacaan favorit sahabatnya itu. Ketika ia buka, yang tampak hanya garis-garis hitam yang entah apa arti dan maksudnya. Tetapi ketika ia membaca terjemahannya, di situlah ia menemukan petunjuk yang luar biasa. Ayat-ayat dalam surat Al Ikhlas seakan menghentak batinnya untuk mengakui kebenaran konsep ketuhanan yang diajarkan kitab di tangannya.
Di suatu pagi berikutnya, di saat sahabatnya baru saja usai menjalankan shalat Shubuh-nya, si wanita Nashrani datang menghampiri. la duduk bersimpuh di dekat sahabatnya dan mendekapnya, seraya memohon agar ditun-tun untuk mengucapkan syahadat. Sahabatnya kaget bukan kepalang. Begitu cepat dan begitu mudah hidayah itu datang. Suasana menjelang pagi telah merubah semuanya.
Karena Kehidupan Pagi adalah Ciri Orang-Orang Shalih
Tidur, bagi manusia adalah sifat kesempurnaan. Orang yang tidak bisa tidur berarti memiliki kekurangan; kesehatan fisiknya sedang terganggu. Tetapi, memperpanjang jatah tidur juga bukan ciri manusia yang baik. Tidur berlama-lama akan membuat badan terasa berat, membuang waktu secara percuma, membentuk jiwa yang lalai dan malas, serta banyak hal negatif lainnya. Karena itu, hidup ini perlu keseimbangan.
Manusia terbaik di bumi ini adalah mereka yang beriman kepada Allah. Mereka yang mendisiplinkan waktunya, mengatur antara hak dan kewajibannya. Ketika malam tiba, mereka bersegera tidur supaya di penghujung malam bisa terbangun dan bercengkerama dengan keindahan dan kedamaian pagi.
Muawiyah bin Qurrah menirukan nasehat bapaknya ketika mereka sekeluarga telah melaksanakan shala Isya, “Wahai anak-anakku, tidurlah sekarang. Semoga Allah menganugerahkan kepada kalian kebaikan malam ini.”
Ada banyak hal yang dilakukan orang-orang shalih di kala pagi. Setelah mereka mendirikan shalat malam, mereka duduk berdoa dan bermunajat “menagih” janji-janji Allah, membaca dan mentadabburi Al Qur’an.
Fudhail bin Iyad pernah menceritakan, “Aku menjumpai suatu kaum yang malu kepada Allah di kegelapan malam karena kelamaan tidur. Pasalnya, mereka terbiasa hanya rebahan dan jika terjaga mereka berkata, “Ini bukanlah untukmu, maka bangkitlah untuk mengambil bagianmu di akhirat.”"
Tidur bagi mereka hanyalah sisa waktu yang sangat dibatasi dan melakukan amal-amal ketaatan di pagi hari adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Kehilangan pagi, bagi mereka adalah kerugian yang bisa memunculkan banyak sekali dugaan kebu-rukan. Sampai-sampai Ibnu Umar mengatakan, “Jika kami kehilangan seseorang pada shalat Shubuh dan Isya (di masjid), kami mempunyai prasangka buruk kepadanya.”
Karena Ilmu-Ilmu Allah Turun pada Waktu Pagi
Setiap fase waktu, antara siang dan malam yang telah dibentangkan Allah SWT untuk kita, memiliki klasifikasi dan keistimewaan yang tak tergantikan dengan fase-fase waktu yang lain. Antara mencari nafkah, ibadah, belajar, dan beristirahat semua telah diatur oleh Allah. Hanya saja, kita terkadang tidak memahami hikmah di balik ketentuan-ketentuan itu, atau bahkan sengaja tidak memperdulikannya dengan bermacam alasan, sehingga seringkali kita melakukan sesuatu yang tidak medatangkan hasil maksimal, yang tentu saja hal itu akan merugikan diri kita sendiri.
Rasulullah saw yang selalu mengajak umatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan shalat sunnah dan shalat Shubuh berjamaah, bukan tanpa alasan. Di sana, di balik heningnya suasana pagi, ada banyak hikmah yg mendalam. Diantaranya; berlimpahnya pahala dari Allah, kesegaran udara subuh yang menyegarkan fisik, konsentrasi pikiran dan daya ingat yang kuat untuk menyambut datangnya hikmah dan ilmu-ilmu Allah SWT.
Konsentrasi dan kemampuan memahami di waktu subuh yang tenang, adalah suasana yang tidak pernah dilewatkan oleh para ulama. Mereka mendalami suatu ilmu, menggali dan merenungi hikmah dari banyak peristiwa yang mereka saksikan, sehingga benar-benar paham dan menguasai banyak ilmu.
Ibnu Jarir Ath Thabari, misalnya, seperti diceritakan Al Khatib Al Baghdadi, selama empat puluh tahun dari usianya yang terakhir, ia mampu menulis sebanyak empat puluh halaman setiap hari. Yang istimewa dari prestasi Ibnu Jarir ini, meskipun ia menulis artikelnya selepas zhuhur hingga waktu ashar tiba. Tetapi, murajaahnya akan ilmu serta ide-ide yang akan ia tuangkan dalam tulisannya, ia dapatkan di awal-awal subuh, setelah menanuaikan qiyamul lail.
Salah seorang murid Ibnu Jarir, Abu Bakar Asy Syajari mengisahkan, “Setelah selesai sarapan pagi, Ibnu Jarir Ath Thabari tidur sebentar dengan pakaian berlengan pendek. Setelah bangun, ia mengerjakan shalat Dhuhur. Lalu menulis hingga waktu Ashar tiba, kemudian keluar untuk shalat Ashar. Selanjutnya, ia duduk di majelis bersama orang-orang untuk mengajar sampai datang waktu maghrib. Setelah itu, mengajar fiqh serta pelajaran-pelajaran lain sampai masuk shalat Isya. Kemudian pulang ke rumah dan istirahat. Tengah malam ia bangun shalat malam dan menadalami ilmu-ilmunya.”
Kemuliaan pagi serta mudahnya akal menyerap ilmu di saat itu, pernah pula diingatkan Lukman Al Hakim kepada putranya, “Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas daripada dirimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit.” (Tafsir AlQ urthubi)
Karena Pagi Tidak Berubah, yang Berubah adalah Kita
Pagi seperti tak pernah bosan menyapa kita. Kala kita sakit, bersedih, berduka, atau sedang bersuka cita, pagi selalu datang dengan berjuta optimisme dan harapan.
Hingga sekarang mungkin tak terhitung lagi, sudah berapa kali pagi menyambangi kita. Suasananya tak pernah berubah, pagi yang dulu tetap pagi yang sekarang, penuh dengan kesejukan dan kesegaran. Tetapi, itulah karakter waktu. Ia tidak akan pernah berubah kecuali Allah menentukan takdirnya yang lain, atau masa yang telah ditentukan telah tiba, yang berarti keberlangsungan dunia ini akan segera berakhir.
Tanpa kita sadari, temyata pagi telah mengantarkan kita pada usia yang sekarang. Usia yang barangkali tidak lagi bisa dikatakan muda, karena kekuatan fisik yang dulu kita banggakan kini mulai melemah, ketampanan dan kecantikan muiai memudar, ketajaman mata mulai berkurang, rambut mungkin juga sudah mulai berganti warna, dan anak-anak di sekitar kita pun sudah semakin besar. Itu semua menjadi pertanda bahwa kita semakin tua, meskipun belum tentu dewasa.
Waktu memang terkadang menggilas kita. Tetapi, tentu karena ulah kita sendiri yang sering lupa, sering hilang kesadaran, bahwa kita harus berubah; lebih dewasa, lebih berilmu, lebih beriman, dan lebih dekat kepada Allah SWT karena kulitas ibadah yang terus mening-kat. Karena itu, Rasulullah mengingatkan kita, “Jangan sekali-kali mencela waktu, karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, “Akulah waktu itu.”" (HR Ahmad)
Seorang salafu shalih memberi nasehat, “Beramallah untuk diri kalian di malam yang gelap gulita ini. Karena, sesungguhnya orang yang tertipu adalah orang yang tertipu oleh kebaikan siang dan malam. Orang yang terhalangi adalah orang yang tidak mampu untuk memperoleh kebaikan yang ada pada keduannya. Ia merupakan jalan kebaikan yang ada pada keduanya. Ia merupakan jalan kebaikan bagi kaum Muslimin untuk mentaati Rabbnya, dan bencana bagi mereka yang melalaikan dirinya. Maka, hidupkanlah diri kalian dengan selalu mengingat Allah.”
Tidak ada jalan lain memang, bahwa kita haru berani melihat pagi. Karena bisa jadi pagi ini adalah pagi yang terakhir untuk kita, sebelum sempat memperbaiki diri.
Karena Pagi adalah Sumber Keberkahan
Kesegaran subuh tidak hanya menemani kekhusyukan ibadah kita, atau mengiringi terkabulnya untaian doa dan munajat kita, atau mengasah ketajaman akal dan kemam-puan berpikir kita. Tetapi kesegaran subuh juga membuka pintu-pintu rezki yang telah Allah hamparkan di hari itu. Karena itu, Islam mengajak kita untuk berlomba menyambut dan mendapatkan rezki Allah dengan bersegera bangun pagi.
Fatimah ra, putri Rasulullah saw pernah bercerita, “Ayahku lewat di sampingku, sedang aku masih berbaring di waktu pagi. Lalu beliau menggerakkan badanku dengan kakinya dan berkata, “Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai karena Allah membagikan rezki kepada hamba-Nya, antara terbi tfajar dengan terbit matahari.”" (HR Ahmad dan Baihaqi)
Ini pula yang dilakukan Nabi Daud as. Ia membagi waktu hidupnya sehari untuk urusan dunia dan sehari lagi untuk akhiratnya, dengan berpuasa dan beribadah. Ketika harus memenuhi urusan dunianya, pagi-pagi sekali Nabi Daud sudah bangun, ia bersiap, lalu ia berangkat mencari nafkah. Rasulullah saw memujinya dengan sabdanya, “Tidaklah seseorang itu makan sesuatu makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri dan sesungguhnya Nabi Daud adalah makan dari hasil usahanya sendiri.”
Keberkahan subuh bukan hanya pada rezki. Rasulullah saw jika ingin mengirimkan tentaranya ke medan perang, dilepaskannya pada waktu pagi. Ketika berhijrah ke Madinah pun, beliau berangkat pada waktu pagi.
Shakhar, salah seorang sahabat beliau yang meriwayatkan hadits di atas, adalah seorang saudagar. Jika dia ingin mengirimkan barang-barang dagangannya, selalu dia lakukan pada pagi hari, dan itulah puncaknya Allah memberikan banyak kekayaan kepadanya.
Aisyah ra berkata, “Rasulullah bersabda, “Berpagi-pagilah mencari rezeki karena sesungguhnya berpagi-pagi itu membawa berkah dan menghasilkan kemenangan.”"
Kunci keberkahan dimulai dari membiasakan diri mendirikan shalat Shubuh berjamaah di masjid. Dan bisa dibayangkan, jika setiap Muslim di negeri ini melakukan shalat Shubuh berjamaah di masjid dan mereka rajin melakukan zikir, keberkahan akan muncul di mana-mana. Karena itu, carilah keberkahan dan kemenangan di waktu pagi, dan hindarilah tidur di saat itu, karena sebenarnya kebiasaan itu hanya akan menjauhkan kita dari rezki Allah SWT.
Sumber: Tarbawi Edisi 103 Th. 6/Muharram 1426 H/3 Maret 2005 M hal 11-14

Lirik Nasyid Rabithah

http://liriknasyid.com/index.php/lirik/detail/3330/izzatul-islam-doa-rabithah.html